Menulis itu biasa, bisa dilakukan siapa saja. Tetapi mengapa ada yang bisa menghasilkan tulisan menginspirasi, menulis buku yang memikat, bahkan menggugah dan menggerakkan banyak orang?

Buku tahun 2004 ini masih tersimpan di lemari. Rapi. Pertanda jarang dibaca? Bisa jadi. Tapi yang pasti, sepuluh tahun lebih setelah saya membacanya pertama kali, ‘Dunia Kata’ karya M Fauzil Adhim (tumblr, twitter) masih dan bahkan makin relevan saat ini. Tanpa menjadi seperti buku-buku self-help yang sering membuat saya alergi, ‘Dunia Kata’ memberi motivasi bahwa menulis untuk menggerakkan is soooo worth it.

“Kekuatan jiwa itu lahir dari niat yang bersih, tujuan yang jelas, komitmen yang kuat, visi yang tajam, dan sikap mental yang baik.”

‘Dunia Kata’ dibagi menjadi tiga bagian. Di bagian pertama, Menggerakkan Jiwa Mengalirkan Makna, sang penulis memberi alasan dan motivasi untuk menulis, mengajak pembaca menilik kehidupan para penghasil buku-buku berpengaruh generasi lalu. Bagaimana ulama besar Al-Ghazali menulis buku berbobot seperti Ihya ‘Ulumuddin, Ibn Katsir menghasilkan berjilid-jilid tafsir Al Qur’an. Apa saja yang pelajaran berharga yang bisa dipetik dari para pendahulu.

Menurut sang penulis, para raksasa tersebut bukan semata mengedepankan ketrampilan menulis. Output mereka hebat karena input mereka pun luar biasa. Di antaranya, karena para raksasa tersebut memiliki dan mengamalkan ilmu dan kearifan. Dan yang tak kalah penting, mereka memiliki kekuatan jiwa yang bersih, tujuan yang jelas, komitmen yang kuat, visi yang tajam, dan sikap mental yang baik. Ada yang ingin mereka perjuangkan dalam hidupnya. Ada yang ingin mereka sampaikan.

“Tidak hanya Einstein dan Al-Ghazali, orang-orang cerdas yang mempunyai pengaruh luas, umumnya memiliki ciri yang sama: sederhana.”

Bagian kedua, Langkah Tepat Menjadi Penulis Hebat Fauzil Adhim memberi arahan praktis dalam menulis. Yang utama tentu saja dengan menulis! Kenali sejumlah penyakit yang menyerang penulis mulai dari pemula hingga mapan seperti penyakit tidak bisa memulai tulisan, tidak bisa mengakhiri, mendewakan mood, dan lain-lain. Obat paling manjur adalah menulis sekarang dan tetap menulis meskipun membosankan, melelahkan dan tulisan yang kita hasilkan benar-benar tidak menarik. Beliau memberi trik untuk memulai karir menulis: benchmarking, mengembangkan gaya bertutur dengan menjadikan satu karya atau penulis tertentu sebagai model tanpa menjadi penulis me-toomeniru penulis favoritmu.

Diangkat pula hukum-hukum best-seller sebagai panduan dan bagaimana mempertahankan tulisan agar memikat hingga huruf terakhir. Yang sangat ditekankan adalah meramu penjelasan mendalam dengan kalimat-kalimat sederhana. Tentu saja, objek bahasan harus memberi manfaat bagi pembacanya secara objektif dan emosional. Ini dicapai dengan penguasaan topik yang diangkat.

Pada tulisan fiksi, yang perlu diperhatikan agar cerita kita menarik adalah plot yang baik (rumit, pelik dan kompleks tanpa mengada-ada). Plot yang bloon muncul karena penokohan yang lemah (protagonis dengan kebaikan yang nggak wajar) sehingga pembaca sulit mengidentifikasi diri dengan sang tokoh. Penyebab plot bloon lainnya adalah penyelesaian masalah yang ganjil karena invisible hands (masalah besar selesai dengan tiba-tiba) atau penyelesaian yang membodohi pembaca.

Cover pertama ‘Dunia Kata’

“Menulis tidak sekedar merangkai kata agar indah.”

Di bagian terakhir, Mengikat Makna, Fauzil Adhim mengulas formula 4E: entertainment, escape, esthetic, dan education. Aspek-aspek tersebut harus diperhatikan dalam menyampaikan makna dan membentuk keselarasan tulisan. Misalnya, tidak sekedar kontroversial (dengan bumbu sensual dan humor murahan) agar laku, menghindari kesalahan logika, memilih diksi yang tepat. Kita juga perlu sensitif dengan lapisan-lapisan makna: yang tersurat dan tersirat; pesan permukaan, di dalam, dan yang tersembunyi.

Fauzil Adhim menegaskan bahwa tulisan itu gizi untuk jiwa. Jika salah, bisa-bisa membuat pembaca mengalami kekacauan berpikir. Beliau mengutip seorang ahli general semantic Korzybski, Ada hubungan antara kekacauan penggunaan bahasa dengan penyakit jiwa. Kalau ingin menyehatkan kembali masyarakat yang agak sakit, salah satunya dengan memperbaiki cara berbahasa dan membiasakan mereka memakai istilah yang tepat.

“If the best is excellent, good is not enough.”

Ada beberapa gaya buku tentang menulis. Ada memoar Stephen King ‘On Writing’ atau yang lebih praktis seperti ‘Writing Down The Bone’ karya Natalie Goldberg. Membaca ‘Dunia Kata’ seperti membaca buku-buku pengembangan diri yang lebih efektif, setidaknya bagi saya, daripada buku-buku self-help. Mungkin mirip Newton yang menggunakan Kalkulus untuk menjelaskan teori-teori fisikanya, saya merasa sang penulis menggunakan kegiatan menulis untuk mencapai tujuan lebih luas: membangun kekuatan jiwa.

Seperti halnya amal yang harus dilakukan sebaik-baiknya bukan sebanyak-banyaknya, Fauzil Adhim mengajak kita untuk menulis tidak setengah-setengah. Karena apapun yang kita lakukan, termasuk menulis, akan kita pertanggungjawabkan di hadapanNYA. ‘Dunia Kata’ adalah upaya untuk membangun sikap mental Jika mampu melakukan yang terbaik, tidak layak untuk menulis yang sekedar baik.

2